MENANAMKAN EMPATI PADA ANAK

Di beberapa literature, empati diartikan sebagai perasaan imajinatif aktif dalam ikut serta memahami dan merasakan perasaan orang lain. Dengan kata lain, kita dapat membayangkan suka dan dukanya seseorang dalam menghadapi suatu kejadian, sehingga secara tak sadar, akan timbul keinginan untuk menolong, mengasihani dan sejenisnya.

Psikolog Ery Soekrisno dan Irwan Rinaldi dalam karyanya Membangun Karakter Anak (Syamil 2004) menegaskan, sejak dini anak-anak harus memahami perasaan orang lain agar kelas ia mampu berbagi perasaan dengan orang lain. Allah U telah menjadikan panca indera kita bisa menunjukkan rasa empati sejak kecil bahkan sejak bayi. Misalnya, pupil mata bayi berubah-ubah mendapat respon yang berbeda.

Pada usia 3 tahun, sebagian besar anak sudah mengembangkan penyadaran atas dirinya. Melalui penyadaran diri yang belum sempurna ini, anak-anak mampu merasa dan menunjukkan empati tanpa harus diminta. Misalnya, ketika ada temannya jatuh dan terluka, ia mampu mengingat pengalaman temannya itu sekaligus menunjukkan perasaannya ketika ia mengalami hal yang sama. Bukankah anda sering mendengar si kecil berkata, "Bunda, tadi Vira jatuh, kakinya berdarah, Vira nangis, kesakitan."

Untuk itu, anak usia ini hanya memerlukan penguatan, penajaman, dan pengajarran terus-menerus agar mampu mempertahankan kemampuan empatinya dan menerapkannya dalam kehidupan hingga dewasa, terutama orangtuanya. Jadi, tiap sebenarnya sudah punya kemampuan besar untuk berempati pada oranglain. Maka, dorong dan bimbinglah buah hati anda, agar tumbuh dewasa menjadi insane berkarakter baik sebagai bekal untuk memperbaiki akhlak dan kesempurnaan imannya.

لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه ( رواه البخاري و مسلم )

Kiat Menanamkan Empati Anak

Psikolog Ery Soekrisno dan Irwan Rinaldi menyusun beberapa kiat untuk mempermudah anda menanamkan empati pada buah hati anda:

1. Terjemahkan empati dengan teladan

Ketika anda mengetahui persoalan oranglain, perlihatkan rasa empati itu di depan anak-anak. Apalagi, jika kejadiannya terjadi di depan anak-anak. Awalilah rasa empati anda dengan pertanyaan kepadanya.

2. Tunjukkan empati anda pada anak

Misalnya, ketika anak sedang menyelesaikan pekerjaan sulit PR, melipat baju, mencuci, dll.

3. Hindari pengulangan tingkah laku

Hal ini dilakukan agar anak dapat merasakan tidak enaknya diperlakukan negative. Misalnya, ketika kakaknya menggigit adiknya, maka jangan dibiarin adik balik menggigit kakaknya. Jika anda melakukannya, anak akan marak dan agresif, kehilangan rasa hormat pada orang tuanya dan mengurangi kemampuan untuk berempati.

4. Kembangkan disiplin positif

Ketika anak bertingkah negative jangan bereaksi berlebihan, misalnya, "Karena Raihan jahat sama adik, maka kamu dihukum tidak boleh keluar rumah." Sikap seperti ini, tak mengajarkan apa-apa tentang empati, malah menimbulkan sikap suka membantah. Cukup katakana, "Sekarang kalian boleh memilih, mau main sama dengan baik atau jika kalian tidak mau bekerja sama, maka main sendiri-sendiri di kamar masing-masing. Pilih mana?"

5. Gunakan pesan "saya", hindari menyalahkan anak

Yakni, pesan yang dimulai dengan kata, "saya". Misalnya, "Saya (bunda atau ayah) sedih jika ada perkelahian antara kakak dan adik". Dengan pesan ini, orangtua menyampaikan pada anak apa dampak perbuatannya terhadap perasaan terhadap orangtua.

6. Ajarkan anak menyadari dampak tingkah lakunya pada orang lain

Caranya, jangan biarkan anak melakukan tingkah laku negative, tapi bicaralah. Jangan memberi hukuman fisik. Selain itu tanyakan perasaan anak jika ada orang lain melakukan hal yang sama kepadanya.

7. Manfaatkan waktu nonton TV atau kegiatan lainnya

Misalnya, ketika melihat TV ada kata-kata umpatan, segera tanyakan perasaan anak ketika mendengar orang lain bicara seperti itu. "Bagaimana perasaan teman kamu, jika mendengar kata-kata itu?". Kembangkan diskusi dengan anak, mungkin anak dapat menilai beberapa kejadian di sekolah.

8. Mainlah dengan anak

Duduklah dekat-dekat dengan anak ketika mereka sedang bermain dengan teman-temannya. Cobalah perhatikan tingkah laku yang mengarah kepada emapati. Berilah komentar, "kalian berdua bermain dengan tenang. Enak nggak rasanya jika mainnya seperti ini, tak bertengkar?"

9. Berikan perhatian positif pada tingkah laku positif

Tangkap basahlah ketika anak sedang berbuat baik dengan cara memeluknya, mengelus kepalanya, memujinya, memberinya hadiah dan lainnya. Dengan cara ini anak akan cenderung mengulang perbuatan baik, karena merasa aman dan dicintai.

Sabili, No. 5 TH. XIII 22 September 2005 / 18 Sya'ban 1426

1 komentar:

Anonim 22 Juli 2010 pukul 07.38  

salam kenal. terimaksih coretan yang menginspirasi

About this blog

Blog ini hanyalah sekedar coretan bolpenku. Pikiran yang bergelayut di dalam benak yang coba kutuangkan ke dalam tulisan. Ringkasan atau materi menarik yang kudapatkan dan kutulis ulang atau apapun yang menarik hatiku tuk sekedar menuliskannya.