SIAPKAN KAKAK SAMBUT KEDATANGAN ADIK

Untuk Ortu:

  1. Pahami karakter anak
  2. Tunjukkan empati kepadanya
  3. Libatkan si sulung : ke dokter, mengelusi perut, dll.
  4. Libatkan Ayah dan lingkungan
  5. Libatkan dalam pengasuhan Adik
  6. Dekatkan diri kembali : ajak ngobrol

Sebelum lahir

  1. Kondisikan jiwanya
  2. Tunjukkan asyiknya punya adik
  3. Tumbuhkan tanggungjawab dan kepercayaan
  4. Tumbuhkan rasa memiliki

Menjelang lahir

  1. Beri gambaran sebelumnya
  2. Beri perkiraan waktu
  3. Dekatkan hatinya

Setelah lahir

  1. Tunjukkan adik saying padanya
  2. Libatkan anak, meski untuk perkara kecil
  3. Tunjukkan perhatian dan kerinduan

Muhammad Fauzil Adhim

Sabili no.21 TH. XI, 7 Mei 2004/17 Rabi'ul Awal 1425

SI KECIL JAGO MATEMATIKA

Ketidakminatan terhadap matematika karena dua sebab:

  1. Metodenya salah
  2. Pengajarnya tidak bisa mentrasfer pemahaman yang tepat tentang matematika.

Yang harus dikuasai untuk belajar MathMagic:

1. Makna angka

Yakni, huruf dari perintah yang kita tulis digitnya. Contohnya, angka 136, mempunyai tiga digit angkat yaitu 1 ratusan, 3 puluhan, dan 6 satuan, dan seterusnya.

2. Hitungan dari kiri ke kanan

Umumnya jika kita menghitung angka dimulai dari kanan ke kiri. Dari satuan ke puluhan, ke ratusan, ke ribuan, dan seterusnya. Pernahkah anda berpikir sebaiknya? Menghitung dari kiri ke kanan, dari digit yang paling besar ke yang paling kecil. Contoh 4823+2762+1827. Lihat digit paling kiri, 4 ribuan ditambah 2 ribuan ditambah 1 ribuan sama dengan 7 ribuan atau 7(000). Sampai di sisi, kita tahu bahwa jawabannya tidak boleh kurang dari 7000.

3. Memori

Dalam metode ini akan melibatkan satu atau lebih angka 0 (nol) dalam tanda kurung, untuk menandai tempat agar mudah diingat. Contoh, jika bekerja pada digit ratusan, sementara kita tak ingin lupa kolom puluhan dan kolom satuan, kita akan menulisnya 1 (00). Jika bekerja dengan digit ribuan, kita menulis 1(000) dan seterusnya. Selanjutnya otak dan keinginan kita adalah satu-satunya peralatan yang kita gunakan sebagai kalkulator untuk menghitung.

4. Strategi

Yakni, KaBaTaKu (kali, bagi, tambah, kurang). Meski strategi ini sederhana untuk dipelajari dan digunakan, kita tidak dapat berharap bisa membaca sekali, kemudian menyimpannya begitu saja di otak kita. Untuk itu, perlu latihan terus-menerus. Selain itu, kreatifitas untuk menemukan strategi baru dalam berhitung, apalagi petualangan yang mengasyikkan. Apalagi, sepanjang waktu angka selalu melewati kepala kita.

5. Latihan

Harus menempati porsi terbesar dalam mempelajari matematika. Meski begitu dalam latihan bukan berarti anda harus mengerjakan 200 atau 300 soal matematika dalam sehari. Tapi, cukup 10 menit perhari atau berlatih dengan 10 soal perhari sudah cukup.

MENYIKAPI ANAK PEMALU

Para ahli perkembangan anak memiliki pandangan berbeda tentang perilaku pemalu ini. Ada ahli y7ang mengatakan, pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang melekat pada anak sejak lahir. Bahkan, para peneliti dari Universitas Harvard menyatakan, bayi yang baru lahir memiliki kecenderungan malu yang melingkupinya sepanjang hidup.

Tapi ada juga ahli yang mengatakan, pemalu adalah perilaku hasil belajar atau respon terhadap suatu kondisi tertentu. Dengan demikian, pemalu sebenarnya dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri dari seseorang yang sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian itu, akibatnya ia cenderung menarik diri. Kecenderungan menarik diri ini, tanda-tandanya sudah bisa dideteksi sejak bayi. Misall anak kecil ada yang mau diajak semua orang dan ada yang tidak mau diajak kecuali orang yang sudah dikenalnya.

Dr. Mary Go Setiawan dalam karyanya "Menerobos Dunia Anak", menulis beberapa penyebab anak menjadi pemalu:

  1. Faktor Keturunan

Anak yang terlihat sensitive sejak lahir karena sang ibu mengalami tekanan jiwa dan fisik selama hamil, bisa menjadi pemalu. Tapi, factor ini sampai saat ini belum mempunyai bukti kuat.

  1. Masa kanak-kanak kurang gembira

Seperti orang tua sering berpindah-pindah, bercerai, meninggal, dipaksa pindah sekolah, dihina teman dsb. Semua pengallaman itu mengakibatkan terganggunya hubuungan social dengan lingkungan , suka menghindar, mundur sebelum bertarung dan tidak berani bergaul dengan orang yang tak dikenalnya.

  1. Kurang bermasyarakat

Pemalu juga akan muncul jika anak diabaikan perkembangannya oleh orangtuanya, dibesarkan dalam keluarga yang mengasingkan diri, dan terlalu dikekang sehingga tidak dapat melakukan hubungan social dengan masyarakat.

  1. Rendah Diri

Perasaan malu juga akan timbul karena anak bertumbuh pendek, kaku atau punya kebiasaan jelek, lalu berusaha menutupinya dengan cara menyendiri dan menghindari pergaulan dengan orang lain. Semua ini, karena kurangnya percaya diri dan menganggap dirinya tak sebanding dengan orang lain.

  1. Pandangan orang lain

Banyak anak menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin orang tuanya sering mengatakan bahwa ia pemalu demikian juga guru dan teman-temannya, akibatnya ia benar-benar menjadi pemalu

Sementara itu, Swallow, seorang pakar psikiater anak,membuat 10 daftar hal-hal yang biasanya dilakukan atau dirasakan anak pemalu.

  1. menghindari kontak mata
  2. tidak mau melakukan apa-apa
  3. memperlihatkan perilaku mengamuk (Temper Tantrum) untuk melepaskan kecemasannya.
  4. tidak banyak bicara, menjawab secukupnya seperti "ya", "tidak", "tidak tahu".
  5. tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas.
  6. tidak mau meminta pertolongan/ bertanya ada orang yang tidak dikenalnya.
  7. mengalami demam panggung (pipi memerah, tangannya berkeringat, keringat dingin, bibir kering) di saat-saat tertentu.
  8. menggunakan alasan sakit agar tak berhubungan dengan orang lain (misalnya agar tidak pergi ke sekolah)
  9. mengalami psikomatis.
  10. merasa tidak ada yang menyukainya.

Selain itu, Swallow juga menyatakan bahwa adanya beberapa situasi, baik bagi orang pemalu ataupun tidak, wajar mengalami rasa malu dan dapat diterima. Misalnya, bertemu dengan orang yang baru saja dikenal, tampil di depan orang banyak, saat menghadapi situasi baru (seperti sekolah baru, pindah rumah baru, kantor baru, dan lainnya).

Pada dasarnya, malu bukanlah sesuatu yang menjadi masalah ataupun perlu dipermasalahkan. Karena, sudah pasti bukan merupakan abnormalisasi. Bahkan dalam batasan tertentu malu justru diperlukan. Tapi, masalah justru akan muncul akibat melekatnya sifat pemalu pada seseorang, termasuk pada anak.

Pemalu jugaa dapat menjadi masalah, jika sifat ini menyebabkan potensi anak menjadi terkubur dan tidak berkembang optimal. Oleh karena itu, satu hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasinya adalah lingkungan memegang peranan penting terhadap sifat pemalu ini. Anak akan semakin pemalu atau justru dapat mengatasi sifat ini, tergantung dari apakah lingkungannya (baca; orangtuanya) terus-terusan melindungi anak pemalu atau mendorongnya untuk mau menghadapi dunia luar sehingga anak menjadi lebih percaya diri.

Idealnya, orang tua menerima sifat pemalu anak apa adanya tanpa mempermasalahkannya. Tapi, di lain pihak, orangtua diharapkan mendorong anak untuk mengatasi rasa malu, sehingga anan percaya diri dan berkembangan sesuai potensi yang ada pada dirinya.

Jika orangtua dari awal sudah tahu bahwa anaknya pemalu dan ingin mendorongnya agar mampu mengatasi rasa malu itu, sebaiknya dari awal usaha orangtua sudah dilakukan. Usaha ini sebaiknya merupakan usaha yang bertahap. Orangtua sebaiknya mendorong anak untuk berani ke luar dan menghadapi dunia luar dengan percaya diri. Usaha ini tidak bisa dilakukan dengan tiba-tiba.

Perubahan yang tiba-tiba, bisa menjadi tekanan tersendiri bagi anak. Karena yang biasanya aman dalam lindungan orang tua, tiba-tiba orang tua berubah melepas dan "tidak mau melindungi". Mendorong anak (encourage) tidak sama dengan memaksa (push). Usaha yang tiba-tiba bukanlah mendorong tapi memaksa. Perasaan terpaksa akan membuat keadaan bertambah buruk, karena anak ditempatkan pada keadaan yang melebihi batas toleransinya. Akibatnya, anak bisa jadi malah semakin menarik diri.

Hal yang paling harus dilakukan orangtua adalah jangan menganggap remeh kekhawatiran.

Kiat-kiat mengatasi anak pemalu

1. Sebaiknya orangtua tidak mengolok-olok atau membicarakan sifat pemalu anak di depannya, karena anak merasa tidak diterima sebagaimana adanya.

2. ketahui kesukaan dan potensi anak. Lalu, doronglah anak untuk berani melakukan hal tertentu, melalui hobi dan potensi diri. Misalnya, anak suka mobil merah, sementara yang tersedia berwarna biru. Maka, anak bisa didorong untuk mengatakan pada pelayan bahwa ia menginginkan mobil berwarna merah.

3. sebaiknya orang tu secara rutin mengajak anak berkunjung ke rumah teman, tetangga, kerabat dan bermain di sana. Kunjungan sebaiknya dilakukan pada teman-teman yang berbeda. Selain secara rutin berkunjung, sebaiknya juga mengundang anak-anak tetangga atau teman-teman sekolah untuk bermain di rumah.

4. lakukan role-playing bersama anak. Misalnya, seperti contoh kedua, anak belum tentu berani berbicara pada pelayan took, sekalipun didampingi orangtuanya. Maka, ketika berada di rumah, orangtua dan anak bisa bermain peran seolah-olah sedang berada di took dan anak pura-pura berbicara dengan pelayan. Role-playing dapat dilakukan pada berbagai situasi, berpura-pura, di took, berpura-pura di sekolah, berpura-pura ada di panggung, dll.

5. jadilah contoh buat anak. Orangtua tidak hanya mendorong anak untuk percaya diri, tetapi juga menjadi model dari perilaku yang percaya diri. Anak biasanya mengamati dan belajar dari perilaku orangtuanya sendiri.

Apapun usaha yang dilakukan, sebaiknya orangtua tetap mendampingi dan tidak langsung melepas anak seorang diri. Anak bisa dibiarkan melakukan aktivitas seorang diri, jika rasa percaya dirinya sudah berkembang.

Sabili No. 11 TH. XII 17 Desember 2004/ 5 Dzulqo'dah 1425

MENANAMKAN EMPATI PADA ANAK

Di beberapa literature, empati diartikan sebagai perasaan imajinatif aktif dalam ikut serta memahami dan merasakan perasaan orang lain. Dengan kata lain, kita dapat membayangkan suka dan dukanya seseorang dalam menghadapi suatu kejadian, sehingga secara tak sadar, akan timbul keinginan untuk menolong, mengasihani dan sejenisnya.

Psikolog Ery Soekrisno dan Irwan Rinaldi dalam karyanya Membangun Karakter Anak (Syamil 2004) menegaskan, sejak dini anak-anak harus memahami perasaan orang lain agar kelas ia mampu berbagi perasaan dengan orang lain. Allah U telah menjadikan panca indera kita bisa menunjukkan rasa empati sejak kecil bahkan sejak bayi. Misalnya, pupil mata bayi berubah-ubah mendapat respon yang berbeda.

Pada usia 3 tahun, sebagian besar anak sudah mengembangkan penyadaran atas dirinya. Melalui penyadaran diri yang belum sempurna ini, anak-anak mampu merasa dan menunjukkan empati tanpa harus diminta. Misalnya, ketika ada temannya jatuh dan terluka, ia mampu mengingat pengalaman temannya itu sekaligus menunjukkan perasaannya ketika ia mengalami hal yang sama. Bukankah anda sering mendengar si kecil berkata, "Bunda, tadi Vira jatuh, kakinya berdarah, Vira nangis, kesakitan."

Untuk itu, anak usia ini hanya memerlukan penguatan, penajaman, dan pengajarran terus-menerus agar mampu mempertahankan kemampuan empatinya dan menerapkannya dalam kehidupan hingga dewasa, terutama orangtuanya. Jadi, tiap sebenarnya sudah punya kemampuan besar untuk berempati pada oranglain. Maka, dorong dan bimbinglah buah hati anda, agar tumbuh dewasa menjadi insane berkarakter baik sebagai bekal untuk memperbaiki akhlak dan kesempurnaan imannya.

لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه ( رواه البخاري و مسلم )

Kiat Menanamkan Empati Anak

Psikolog Ery Soekrisno dan Irwan Rinaldi menyusun beberapa kiat untuk mempermudah anda menanamkan empati pada buah hati anda:

1. Terjemahkan empati dengan teladan

Ketika anda mengetahui persoalan oranglain, perlihatkan rasa empati itu di depan anak-anak. Apalagi, jika kejadiannya terjadi di depan anak-anak. Awalilah rasa empati anda dengan pertanyaan kepadanya.

2. Tunjukkan empati anda pada anak

Misalnya, ketika anak sedang menyelesaikan pekerjaan sulit PR, melipat baju, mencuci, dll.

3. Hindari pengulangan tingkah laku

Hal ini dilakukan agar anak dapat merasakan tidak enaknya diperlakukan negative. Misalnya, ketika kakaknya menggigit adiknya, maka jangan dibiarin adik balik menggigit kakaknya. Jika anda melakukannya, anak akan marak dan agresif, kehilangan rasa hormat pada orang tuanya dan mengurangi kemampuan untuk berempati.

4. Kembangkan disiplin positif

Ketika anak bertingkah negative jangan bereaksi berlebihan, misalnya, "Karena Raihan jahat sama adik, maka kamu dihukum tidak boleh keluar rumah." Sikap seperti ini, tak mengajarkan apa-apa tentang empati, malah menimbulkan sikap suka membantah. Cukup katakana, "Sekarang kalian boleh memilih, mau main sama dengan baik atau jika kalian tidak mau bekerja sama, maka main sendiri-sendiri di kamar masing-masing. Pilih mana?"

5. Gunakan pesan "saya", hindari menyalahkan anak

Yakni, pesan yang dimulai dengan kata, "saya". Misalnya, "Saya (bunda atau ayah) sedih jika ada perkelahian antara kakak dan adik". Dengan pesan ini, orangtua menyampaikan pada anak apa dampak perbuatannya terhadap perasaan terhadap orangtua.

6. Ajarkan anak menyadari dampak tingkah lakunya pada orang lain

Caranya, jangan biarkan anak melakukan tingkah laku negative, tapi bicaralah. Jangan memberi hukuman fisik. Selain itu tanyakan perasaan anak jika ada orang lain melakukan hal yang sama kepadanya.

7. Manfaatkan waktu nonton TV atau kegiatan lainnya

Misalnya, ketika melihat TV ada kata-kata umpatan, segera tanyakan perasaan anak ketika mendengar orang lain bicara seperti itu. "Bagaimana perasaan teman kamu, jika mendengar kata-kata itu?". Kembangkan diskusi dengan anak, mungkin anak dapat menilai beberapa kejadian di sekolah.

8. Mainlah dengan anak

Duduklah dekat-dekat dengan anak ketika mereka sedang bermain dengan teman-temannya. Cobalah perhatikan tingkah laku yang mengarah kepada emapati. Berilah komentar, "kalian berdua bermain dengan tenang. Enak nggak rasanya jika mainnya seperti ini, tak bertengkar?"

9. Berikan perhatian positif pada tingkah laku positif

Tangkap basahlah ketika anak sedang berbuat baik dengan cara memeluknya, mengelus kepalanya, memujinya, memberinya hadiah dan lainnya. Dengan cara ini anak akan cenderung mengulang perbuatan baik, karena merasa aman dan dicintai.

Sabili, No. 5 TH. XIII 22 September 2005 / 18 Sya'ban 1426

KETIKA SI MUNGIL REWEL

Orang tua harus pandai memahami kondisi anaknya. Rewel atau tangisan merupakan salah satu bahasa ekspresi anak.

"Begitulah kondisi anak kecil. Dia menjadikan tangis sebagai ekspresi diri untuk mengungkapkan dan menyikapi sesuatu. Karena menangis adalah bahasa bayi dan anak kecil. Tangis memberitahukan bahwa dia dalam keadaan lapar, basah, panas, dingin, bosan, frustasi, dan sebagainya," papar Eri Soekresno.

Karenanya, tangisan pada anak harus disikapi dengan bijak. "Sebagian bayi lebih sering menangis karena factor karakternya sejak awal, mudah kecewa dan sulit untuk tenang," ujar Dr. Irwan Prayitno.

Kalau sang anak menangis, mungkin ia mengalami sedikit rasa tidak nyaman secara fisik dan perusahaan fisiologisnya. Selain kelainan fisik, anak rewel juga bisa disebabkan karena ketidaksiapannya secara psikologis. "Biasanya anak belum siap menghadapi situasi lingkungan atau orang baru. Berbagai sikap dan perilaku aneh muncul sebagai reaksi terhadap ketidaknyamanan yang dirasakannya.

Karenanya, orangtua sebaiknya mendeteksi gejala tersebut sejak dini agar masalah balita tidak berlarut-larut dan mengganggu perkembangan psikologis dan kemampuan bersosialisasi dengan orang lain.

Gejala guling-guling, menjerit, memukul-mukul bisa disebabkan beberapa hal. Diantaranya:

1. Anak terlalu lelah, sehingga mudah kesal dan tidak bisa mengendalikan emosinya.

2. Gagal melakukan sesuatu, sehingga anak menjadi emosi dan tak mampu mengendalikannya. Hal ini akan semakin parah jika anak merasakan bahwa orang tuanya selalu membandingkannya dengan oranglain, atau orang tua memiliki tuntutan yang tinggi pada anaknya.

3. Jika anak menginginkan sesuatu, selalu ditolak dan dimarahi. Sementara orangtua selalu memaksa anak untuk melakukan sesuatu di saat dia sedang asyik bermain. Mungkin orangtua tidak mengira bahwa hal ini akan menjadi masalah pada si anak di kemudian hari. Akan tetapi ini adalah konflik yang akan merusak emosi si anak. Akibatnya emosi anak akan meledak.

4. Lemahnya perkembangan mental anak. Pada anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya, anak sering putus asa untuk mengungkapkan maksudnya pada orang lain.

Karenanya, sikap rewel, suka menangis dan ngambek pada anak, harus disikapi dengan bijak. Marah ketika anak sedang rewel hanya akan menambah parah suasana. Dibutuhkan kesabaran untuk menghadapi anak rewel dan suka menangis.

Bahasa tangis anak harus dipahami orangtua karena hal tersebut berkaitan dengan sikap orang tua terhadap anak akhirnya sangat berpengaruh pada sifat dan kepribadian anak. Orangtua yang acuh terhadap anaknya akan menyebabkan anak tumbuh dengan sifat acuh pula sampai ia dewasa. Tidak wajar orangtua menyikapi tangis anak dengan menganggapnya sebagai sikap cengeng anak.

Sabili No. 13 TH. XI 15 Januari 2004 / 23 Dzulqo'dah 1424 H

KENALKAN OLAHRAGA SEJAK DINI

Mengajarkan olahraga sejak dini, tak hanya perlu bagi pembentukan fisik anak. Tapi penting juga bagi pembentukan akhlaknya.

Sejak kapan sebenarnya orang tua harus membiasakan olahraga kepada anaknya?" Hal ini relative. Karena sebenarnya seorang bayi telah melakukan olahraga dengan menggerakkan tubuhnya sehingga sebenarnya olahraga bagi seorang anak itu sudah dimulai oleh anak tersebut, tanpa harus diajari. Orang tua hanya mengarahkannya," ujar Aa Gym.

Tentu pembiasaan olahraga, harus disesuaikan dengan usia mereka. Pada dua tahun pertama misalnya, anak mulai membentuk rasa percaya diri dan rasa ingin tahu. Ia mulai bisa duduk, berdiri, dan belajar berjalan. Pada tahapan ini, sang anak terus menggerakkan anggota badannya.

Menginjak usia 2-5 tahun anak sudah bisa berbicara dan relative banyak bergerak. Ia pun siap mempelajari berbagai aktivitas fisik. Ketrampilan melempar, menendang, dan melompat mulai bisa dipernalkan.

Sementara anak-anak yang berumur 5-8 tahun, biasanya melakukan olahraga atau aktivitas fisik dengan sendirinya. Mereka tidak mempersoalkan menang atau kalah. Pada umur-umur ini latihan-latihan olahraga lebih dititikberatkan pada kesenangan, bermain beramai-ramai dengan teman-teman, dan menghabiskan tenaga. Sasaran utamanya untuk meningkatkan kebugaran. Karena itu, sebaiknya disediakan cukup waktu dan ruangan agar anak bisa seaktif mungkin bergerak dan mendapatkan peningkatan ketrampilan.

Pada tingkat usia yang lebih tinggi, 8-10 tahun, anak-anak sudah siap bemain dalam sebuah tim olahraga. Mereka sudah dapat diikat dalam aturan-aturan permainan olahraga. Peran orangtua pada tahap ini adalah membantu anak agar dia menyenangi berbagai macam aktivitas dengan temannya. Baik olahraga beregu seperti softball, atau olahraga individu seperti bela diri.

Memasuki usia remaja, umur 10-14 tahun, anak pantas mendapat bimbingan yang benar. Umur-umur ini adalah waktunya untuk dapat menjadi pemenang juara, bila anak mendapat latihan-latihan yang tepat.

Secara umum tak ada perbedaan mendasar antara anak laki-laki dan perempuan. Hampir semua olahraga anak laki-laki bisa dilakukan oleh anak perempuan. Hanya saja, tempat dan teknik pelaksanaannya yang berbeda. Kalau untuk pengenalan tak ada perbedaan, tapi dalam pelaksanaan tertentu ada perbedaan porsi yang diberikan," ujar Marhusin

Lebih penting dari itu, olahraga juga melatih anak bersosialisasi dengan orang lain. Sang anak akan terbiasa tabah dalam menghadapi kekalaha, dan tidak sombong ketika menang. Beberapa olahraga beregu justru mengajarkan hal yang sangat penting bagi anak; belajar bekerja sama dalam tim. Dengan olahraga beregu ini anak bisa belajar bekerja sama dengan kelompok. Ia akan mengerti bahwa sebagian keberhasilan, tak bisa terwujud tanpa bantuan orang lain.

Olahraga tak hanya menjadikan anak sehat tapi juga pemberani. Seelain untuk membangun kekuatan, olahraga fisik juga bermanfaat menumbuhkan keberanian dan keahlian. Kuat saja tetapi tak mempunyai keberanian dan keahlian, akan sia-sia. Demikian juga yang berani tetapi tak ahli dan lemah, atau yang ahli tetapi lemah dan penakut. Jadi, ketiga fungsi itu saling melengkapi, dan semuanya harus ditumbuhkan dalam diri anak sejak dini.

Tentu, olahraga saja tak cukup membuat anak jadi pemberani. Perlu tindakan-tindakan lain yang mendukung. Di antaranya, tidak menakut-nakuti, selalu membacakan kisah-kisah kepahlawanan, dan membiasakan anak mencari aktivitas penuh tantangan. Mendaki gunung, memanjat tebing, berkemah, berburu, hingga berlaya, bisa direncanakan. Untuk anak perempuan juga dikembangkan kegiatan serupa dengan tingkat kesulitannya lebih rendah, setidaknya hingga setingkat kemampuan mereka.

Sabili No.19 TH. X 10 April 2003/ 8 Shafar 1424

KEJUJURAN PERLU DITANAMKAN SEJAK DINI

Kejujuran adalah bibit kedamaian. Jika kejujuran ditanamkan sejak dini, akan berbuah ketenangan di kemudian hari.

Sebab-sebab anak berbohong

1. Melihat orangtua berbohong à orangtua menyuruh bilang ayah tidak ada padahal ada.

2. karena sikap kasar orangtua. Kalau jujur dimarahi à memecahkan barang.

3. ingin menutupi kekurangan diri à nilai jelek

4. ingin mendapatkan perhatian à bilang kalo nilainya jelek biar disemangati

5. karena tidak bisa membedakan antara fantasi dan kenyataan à habis baca cerita.

6. berteman dengan teman yang suka berbohong

7. suka nonton TV yang penuh dengan tipuan dan kebohongan

Di antara cara menanamkan kejujuran pada anak adalah:

1. harus ada keteladanan dari orang tua

2. biasakan untuk tidak menekan anak

Ketika anak bersalah, kita tak lantas mencari sebabnya. Tapi kita berusaha untuk menyelesaikan masalahnya. Anak-anak berbuat tidak jujur tidak semuanya atas keinginannya, tapi lebih dominant karena ketidaktahuannya.

3. cintailah anak apa adanya

Kita tidak menuntut dia untuk menjadi yang lain, apalagi menjadikan anak sesuai ortu. Jadi, I love you just do why you are itu yang perlu kita sosialikan. Katakana bahwa ia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jangan terlalu sibuk dengan kekurangannya dan lalai dengan kelebihannya atau sebaliknya sibuk dengan kelebihannya dan mengabaikan kekurangannya. Anak perlu menerima kritik juga harus diberi kesempatan untuk berapresiasi.

4. melatih anak untuk berlaku jujur

Bicaralah dengan baik dan bijaksana. Jangan salahkan anak karena kesalahannya tetapi ajaklah dia berdialog. Metode lain adalah dengan cara menceritakan kisah-kisah shahabat yang berlaku jujur.

JIKA SI KECIL SUKA MENDEBAT

Anak-anak memang sudah dapat mulai mendebat orangtuanya atau orang lain yang lebih dewasa darinya, sejak ia berumur 3 tahun. Perilaku mendebat, dalam psikologi perkembangan anak termasuk perilaku negativisme.

Negativisme merupakan fase normal yang umum terjadi pada anak mulai usia 18 bulan hingga 4 tahun. Perilaku ini muncul, ketika anak menemukan kekuatan yang menolak keinginan orang lain. Tak heran jika reaksi yang muncul biasanya berupa respon negative, selalu menolah setiap pertanyaan atau perintah. Respon ini, juga bisa muncul pada pertanyaan atau perintah yang sebenarnya menyenangkan si anak.

Tapi pada dasarnya mereka tidak seperti itu karena fase ini hanya bersifat sementara. Seiring dengan bertambahnya usia, umumnya anak akan kembali normal.

Factor penyebab

Kemungkinan besar karena pengaruh lingkungan. Terutama pengaruh dari anggota keluarga lainnya, hubungan kakak-adik, tetangga, saudara dekat, sekolah dan televise.

# Kiat-kiat menghadapi mereka

1. Responlah Dengan Tenang

Tetaplah tenang, tak perlu gusar, marah dan dongkol. Apa yang anda katakan, seharusnya ampuh di telinga anak-anak. Jika ia tetap tak mau membereskan mainan-mainan yang berserakan cobalah anda memohon padanya.

Berikan batasan waktu dan kalmia "ayo tinggal pilih" bisa membawa hasil pada anak yang senang mendebat. Anak-anak perlu merasakan adanya control atas perilaku mereka. Dengan memberinya konsekuensi yang tegas, anak akan segera belajar membuat pilihan bijak. Tapi ingat jangan memberi alasan atau konsekuensi yang tak masuk akal.

2. Jangan Beri Hukuman karena berkata tidak

Hukumlah si kecil atas perbuatannya, bukan karena apa yang dikatakannya. Selama anda tidak bisa menghapus kata-kata "tidak"nya, lebih baik abaikan saja. Berdebat dengan si kecil karena ia berkata "tidak" hanya akan melanggengkan perilaku ini.

Lebih baik, meresponnya dengan tindakan yang dapat mengembangkannya sense of freedom dan sense of control-nya, sehingga ia dapat menjadi lebih kooperatif. Beri saja pilihan misalnya mandi di bak atau pancuran, dll.

Semakin cepat ia merasa bahwa dialah penentunya atau pengambil keputusannya, maka fase ini juga akan cepat berlalu.

3. Jangan Beri Pilihan, Jika Tak Ada Pilihan

Demi menjaga keselamatan atau kesehatan anak, seperti melarang bermain dengan permainan yang berbahaya, bukan suatu hal yang perlu didiskusikan. Tak ada gunanya menjelaskan panjang lebar tentang perintah anda ini. Untuk itu, mintalah dengan lembut, agar ia melakukan apa yang anda minta.

4. Beri Jeda

Jika si kecil sedang asyik, tiba-tiba harus berganti aktifitas, ia sangat memerlukan transisi dan jeda. Gunakan jam dinding untuk membantu anak dalam menerima perintah itu. Dan jauhilah aturan yang berlebihan. Semakin banyak aturan, si kecil malah makin enggan mengikuti aturan anda. Hilangkan ekspektasi dan argumentasi yang tak perlu.

5. Hindari Merespon Dengan Tidak Berlebihan

Jadilah orang tua yang bisa menerima kesepakatan atau peraturan di depan anak. Saat si kecil meminta sesuatu dan anda tidak yakin bisa memenuhinya, cobalah kata-kata "Ya" atau tunda dulu keputusan anda dengan mengatakan, "Nanti Mama piker dulu ya?" Tapi, jika anda akan memenuhi permintaannya, putuskan dengan cepat ia rewel. Jika anda berkata "tidak", beri alasan yang bisa ia terima.

Sabili No.14 TH XII 26 Januari 2006 / 26 Dzulhijjah 1426

Idul fitri bagi si kecil

Jangan anggap remeh prestasi yang telah diraih anak selama Ramadhan. Walaupun mereka tak menerima atau mengharap balasan, namun tak ada salahnya apabila orangtua mempersiapkan hadiah khusus bagi mereka. Karena pada hakekatnya puasa Ramadhan tersebut tak wajib bagi mereka.

Untuk mencapai kualitas puasa yang baik, maak ajarkan bahwa kita berpuasa hanya untuk Allah. Selin itu ajaklah buah hati untuk merasakan nikmatnya berbuka. Selain berpuasa, tak ada salahnya, anak diajak ke masjid untuk shalat fardhu atau shalat tarawih.

Terkait dengan hari raya idul fitri, biarkan mereka bergembira dalam merayakannya, asal jangan berlebihan. Agar anak lebih siap merayakan Idul Fitri, sebaiknya ditanamkan juga sunnah-sunnah pada hari raya.

  1. berhias
  2. menuju shalat dengan berjalan kaki dan bertakbir
  3. disunahkan makan terlebih dahulu sebelum shalat.
  4. berangkat dan pulang dari tempat shalat melalui jalan yang berbeda.
  5. melaksanakan shalat id sebelum khutbah tanpa azan dan iqamat.
  6. mendengarkan khutbah.
  7. bersilaturrahmi dengan karib kerabat dan tetangga.

Mempersiapkan si kecil berlebaran

  1. melakukan evaluasi

evaluasi selama menjalankan puasa Ramadhan perlu dilakukan. Berapa hari mampu puasa penuh, puasa setengah hari, bahkan tak berpuasa. Kenapa sampai tak puasa, apa kendalanya, dan catatan lain, termasuk hal-hal sepele tapi sangat bermakna bagi anak.

  1. buat daftar kunjungan

jika anak punya rencana mengunjungi teman-temannya untuk saling memaafkan, sebaliknya direncanakan terlebih dahulu agar tak berbenturan dengan jadwal kunjungan terhadap sanak saudara. Ini untuk mengajarkan anka, agar suka bersilaturahmi.

  1. siapkan menu

mempersiapkan menu hari raya perlu dilakukan. Tetapi bukan menu untuk disantap sendiri, melainkan untuk dibagikan pada anak-anak seusianya yang juga berhari raya tapi ekonominya kurang mampu. Sehingga membiasakan anak untuk berbagi kegembiraan dengan teman-temannya yang kekurangan.

  1. rencanakan kata ucapan selamat

carilah kata / doa yang baik untuk diucapkan saat bertemu sanak saudara teman-teman, tetangga atau siapapun yang merayakan idul fitri. Ajarkan anak untuk mendoakan orang lain karena telah berjuang menjalankan ibadah selama ramadhan. Hal ini akan berkesan bagi anak, karena dia didoakan orang lain juga.

  1. mempersiapkan berzakat

sebelum berhari raya, terangkan bahwa zakat fitri itu wajib. Dengan berzakat, anak belajar empati terhadap orang lain yang tak mampu. Jika anak dilibatkan dalam berzakat, apabila ia ingin berzakat dengan uang sakunya sendiri, ornagtua patut bersyukur atas terbentuknya kecerdasan pada si kecil.

  1. tidak berlebihan dalam merayakan

persiapkan bagaiman cara menghadapi kerabat dan teman yang masih berlebihan dalam merayakan hari raya. Oleh karena itu, orangtua perlu mencontohkan sikap tidak berlebihan. Perkenalkan sikap rasulullah berhari raya dan cara makan. Ini sebagai usaha agar si kecil terbiasa mengikuti sunnah rasulullah saw.

  1. kenalkan puasa syawal

jelaskan kepada si kecil bahwa rasulullah segera berpuasa enam hari di bulan syawal, karena masih berat meninggalkan ramadhan yang penuh berkah. Sehingga si kecil juga berniat menjalankan puasa enam hari di bulan syawal, inilah salah satu tanda keberhasilan dalam menumbuhkan hikmah ramadhan dan idul fitri.

  1. mempersiapkan idul adha

sebagai rangkaian ibada, kita juga harus menanamkan pada anak, agar ia mau berkurban, terutama pada hari raya Idul Adha. Bukankah kita sudah berlatih mengendalikan diri saat berpuasa di bulan ramadhan. Kini saatnya berlatih berkorban. Tentu saja, si kecil tidak harus berkurban hewan. Kita bisa memulai dengan mengajak anak memberikan mainan kesayangannya pada temannya.

Cerdaskan anak dengan bermain

Seringkali ada anggapan, anak yang selalu banyak bermain adalah sinonim anak pemalas atau bodoh. Padahal tidak demikian. Anggapan macam ini kurang bijaksana. Dr. Muhammad Muad, SpKj, Konsultan psikologi Rumah Sakit Islam Jakarta, menanggapi masalah ini sangat serius. Menurutnya, dari sudut pandang ilmu psikologi, permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak, meski tidak dinafikan ada pula efek buruknya bila anak dalam bermain tanpa mendapatkan pengarahan dan bimbingan oranng tua.

"Anak yang pada masa kecilnya selalu dikekang dari dunianya (bermain), ia mengalami ketidakbahagiaan. Ini sangat berbahaya sekali bagi tumbuh kembang kepribadian anak. Jangan heran kalau akhirnya buah hati kita akan menjadi insan yang kaku. Saya sering menemukan, banyaknya kasus lemahnya mentalitas orang dewasa, salah satu penyebabnya bermula dari kehidupan masa kecil yang tak bahagia," tegas Muhammad Muadz.

Menurut Sri Nilawati, proses perkembangan anak yang normal memang membutuhkan gerak. Anak yang aktif secara fisik akan memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gerakan yang mungkin bias dilakukan dalam suatu pengalaman aktivitas fisik. Oleh karena itu, anak perlu diperkenankan dengan berbagai variasi pengalaman gerak melalui permainan, seperti berjalan, melompat, melempar, gerakan mata, dan sebagainya.

Dr. H. Muhammad Muadz mengimbau setiap orangtua untuk lebih mendorong anak-anaknya melakukan kegiatan bermain yang kreatif dan inovatif. Tapi, terkadang hal itu sulit dilakukan kalau dari si anak terdapat kendala untuk bermain. Untuk itu orangtua hendaknya memperhatikan beberapa faktor penting yang mempengaruhi permainan anak, diantaranya sebagai berikut:

1. Faktor Kesehatan

Kondisi sehat, baik jasmani maupun rohani sangat mempengaruhi kurangnya energi anak dalam bermain.

2. Faktor Intelegensi

Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berfikir mereka.

3. Faktor Jenis Kelamin

Ada perbedaan mencolok antara anak perempuan dan anak laki-laki. Biasanya, anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang mengeluarkan banyak energi, seperti memanjat, berlari-lari atau kegiatan fisik lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan berperilaku halus.

4. Faktor Lingkungan

Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga sarana bermainnya, akan menimbulkan aktivitas bermain anak menjadi berkurang.

5. Status Sosial ekonomi

Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga berekonomi tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang berekonomi lemah. Tapi meskipun begitu, ada nilai positif dan negatifnya. Anak yang serba dimanjakan untuk dibelikan berbagai alat-alat permainan, akan selalu bergeming dalam ketidakmandiriannya hingga dia dewasa. Sedang orangtua yang sibuk dengan urusannya sendiri, sudah saatnya peduli dengan salah satu kebutuhan anak, yaitu bermain. Jangan lupa, bermain mempengaruhi tumbuh kembangnya anak,baik secara fisik, terapi, pengetahuan anak, baik secara fisik, terapi, pengetahuan anak, kreativitas anak, perilaku social dan yang lebih penting nilai moral.

Para ulama salaf juga memahami pentingnya media bermain bagi anak-anak. Nasihat imam Ghazali : Setelah selesai belajar al Qur'an sebaiknya anak diizinkan untuk bermain dengan permainan yang edukatif (mendidik) untuk sekedar melepas lelah. Jika anak dilarang bermain dan dipaksa terus untuk belajar, akan mematikan nuraninya, menghancurkan kecerdasannya dan membuat hidupnya jadi muram. Akhirnya dia pun mencari-cari jalan untuk meninggalkan belajar. Anak yang tidak suka berolahraga akan mengalami keterpurukan pada rohani dan mentalitasnya."

Umar bin Khattab menasihatkan, "Sebaiknya seorang ayah itu laksana anak kecil dalam keluarganya dalam hal keakraban pergaulan, fleksibilitas, dan bercengkrama dengan anak-anaknya.

Fasli Jalal, Direktur Pendidikan Luar sekolah dan pemuda Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam sebuah seminar bertemu "Stimulasi Otak dan Pembentukan Budi Pekerti pada Anak Usia Dini" di Jakarta. Sabtu (4/8), juga memandang pentingnya ajang bermain itu bagi anak menurutnya, anak harus selalu diberikan peluang untuk bereksplorasi dan melakukan kegiatan fisik. Itu sangat bermanfaat sekali bagi pencapaian kesiapan akademik dan belajar, "Kegiatan fisik dan eksplorasi yang dilakukan anak merupakan sarana pembelajaran. Tidak heran jika anak yang tak seimbang dalam kegiatan fisik dan eksplorasi kognitif kelak bisa mengalami kesulitan dalam belajr," tanggap Fasli Jalal.

Sabili : No. 18 TH. XI 26 Maret 2004 / 5 Shafar 1425

BIARKAN ANAK BERMAIN

Hughes, seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya Children Play and Development menulis, suatu kegiatan disebut bermain jika mengandung lima unsur:

  1. Dalam bermain, baik permainan sendiri maupun si pelakunya mendapat kepuasan karena melakukannya tanpa target.
  2. Pilihan menentukan jenis permainan dilakukannya secara bebas, dipilih sendiri, atas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa.
  3. Menyenangkan dan bisa dinikmati.
  4. Ada unsure khayalan dalam kegiatannya.
  5. Dilakukan secara aktif dan sadar.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membimbing anaknya:

  1. Pastikan jadwal kesibukan anak sehari-hari masih menyisakan waktu luang yang cukup untuk bermain. Jika perlu buatlah jadwal harian yang mencantumkan waktu untuk bermain.
  2. Sesekali ikutlah bermain bersama anak. Dalam permainan ini pahamilah diri si anak, kegembiraannya, ketakutannya, empatinya, persaraannya, kebutuhannya.
  3. Dukunglah kreativitasnya permainan anak. Sepanjang apa yang diperbuat anak dalam permainan bukan perbuatan yang melanggar aturan (agama, etika, dan norma dalam masyaraka), tidak merugikan dan tidak membahayakan.
  4. Anak mungkin tidak tahu, apa yang dilakukannya dalam permainan adalah perbuatan yang salah sehingga perlu bimbingan. Tapi jangan over protective sampai menghalangi kebebasannya.
  5. Jika cukup dana, orangtua bisa membimbing anaknya dengan membelikan sarana bermain yang bermuatan pendidikan, baik umum maupun agama. Saat ini, tersedia berbagai sarana belajar sambil bermain, baik yang berbentuk elektronik (CD,VCD, DVD), sarana cetak (gambar) dan barang.

Dunia bermain memang dunia anak-anak. Tapi anak tetap membutuhkan peran orangtua dan nyaman. Dengan bermain, tidak hanya anak yang merasa senang dan bahagia, tapi dengan bimbingan yang tepat dari orangtua, potensi anak juga bisa berkembang. Akhirnya, anakpun bisa pintar melalui sarana bermain.

Belajar di kelas itu berhubungan dengan:

- Membaca

- Menulis

- Berhitung

Ada banyak hal yang sangat penting dan dibutuhkan bagi perkembangan anak secara menyeluruh. Misalnya, kemampuan berkomunikasi, memahami cara pandang orang lain, dan bernegosiasi dengan orang lain.

Bermain juga bisa dijadikan media untuk membina hubungan yang dekat dengan teman sepermainan, anak dengan orangtua, guru atau orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.

Bermain dapat membantu anak terlepas dari stress kehidupan sehari-hari.

Jangan pandang sebelah mata aktivitas bermain bagi anak-anak. Tapi berilah waktu dan porsi yang cukup dan seimbang dengan aktivitas lainnya seperti sekolah, belajar, tes, beribadah, dan lainnya.

ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPAN

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyayangi

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

By Dorothy Law Nolte

Ketika Orang Tua Tak Lagi Dihormati

H.A. Fulex Bisyri

AGAR SI KECIL ENJOY BERPUASA

Ulama dan pakar pendidikan anak, Dr. Abdullah Nahih Ulwan dalam karyanya, "Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam" (Asy Syifa 1981) mengartikan perintah sholat dapat disamakan untuk perintah ibadah lain, terutama shaum dan haji. Karenanya, ia menyarankan orang tua muslim untuk melatih anak-anak mengerjakan shoum sejak dini (sebelum 7 tahun) jika mereka kuat dan berhaji jika orang tuanya mampu.

Menurutnya, menanamkan ibadah sejak dini membuat anak-anak dapat mempelajari hokum-hukum ibadah sejak masa pertumbuhannya. Dengan demikian, ketika dewasa, menjadi terbiasa dan terdidik menaati Allah, melaksanakan hak-Nya, bersyukur, kembali, berpegang, bersandar, dan berserah diri kepada-Nya. Selain itu, anak akan memperoleh kesucian ruh, kesehatan jasmani, kebaikan akhlak, perkataan dan perbuatan dari ibadah yang dijalankannya.

Rasulullah r bersabda, "Tiada anak yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanya yang membuatnya menjadi Yahudi, Majusi, dan Nasrani." (H.R. Bukhari). Hadits ini mengisyaratkan, karena anak lahir fitrah (suci), maka menjadi mudah melakukan pembiasaan dan pembentukan sejak dini.

Tak heran, para psikolog pun sepakat, usia 0-6 tahun adalah usia sensitive dalam belajar. Pada usia ini, anak-anak akan menerima nilai-nilai agama hanya dengan mempercayai tanpa argumentasi. Untuk itu, orangtua harus memanfaatkan semaksimal mungkin.

Selain itu, otak anak juga mengalami perkembangan cepat sejak lahir. Kapasitas intelektualnya berkembang sejak usia 4 tahun. Ketika 8 tahun, perkembangan intelektualnya mencapai 80 %. Demikian juga dengan daya serapnya. Anak usia 4-8 tahun, mampu menyerap informasi 100 %, tapi lebih dari 8 tahun, kapasitasnya menurun menjadi 20 % saja.

Jadi, membiasakan anak sejak dini, sebenarnya memanfaatkan daya ingat anak yang kuat. Karenanya tak salah membiasakan anak shoum sejak kecil. Tentu saja, harus fleksibel dan sesuai kemampuan.

Tips agar si kecil enjoy puasa

1. Mantapkan Hatinya

a. Jelaskan apa itu puasa dengan santai. Ceritakan kisah nabi, shahabat dan teladan lain

b. Ajarkan niat puasa, terangkan kondisinya dan kapan puasa berlangsung.

c. Hindari kalimat, "Makannya hanya malam hari, siang tak boleh." Atau kalimat sejenis, karena menciptakan ketakutan pada anak.

d. Ciptakan suasana heboh sebelum Ramadhan. Misalnya, "Ayo, siapa yang ikut puasa" atau "Siapa yang ikutan tarawih sama ayah" dan sejenisnya.

2. Persiapkan fisiknya

a. Cek kesehatan anak dengan membaca gejala fisiknya, jika perlu konsultasi ke dokter

b. Sediakan menu berbuka bagi anak-anak yang mengandung nilai gizi standar.

c. Belilah baju atau hadiah lebaran sebelum puasa, agak anak-anak melihat ada kompensasi jika ia puasa.

3. Persiapkan akalnya

a. Uraikan cara kerja alat pencernaan makanan tubuh kita, jika mampu visualkan. Andaikan dengan pabrik yang perlu diservis.

b. Terangkan keadaan darurat di mana kita boleh berbuka.

4. Sahur yang menyenangkan

a. Hindari bangun sahur secara teburu-buru.

b. Jangan bangunkan anak dengan kata-kata, "Ayo bangun makan sahur" dan sejenisnya.

c. Siapkan makan dan minum anak lebih dahulu.

d. Bangunkan dengan makanan / minuman kesenangan atau pesanannya, "Nanda bangun yuk, jus melonnya sudah menunggu."

e. Makanna dipotong kecil-kecil agar anak gampang memakannya.

f. Siapkan telur rebus dan segelas susu jika sahur mepet dengan adzan shubuh.

5. Berbuka dengan ceria

a. Sediakan makanan manis yang disukai atau dipesan anak-anak.

b. Sepakati daftar menu dengan anak, kemudian hiasi dan letakkan di tempat strategis.

c. Ajak anak menentukan jenis menu, mempersiapkannya sampai memasaknya.

d. Ajak anak berbuka di masjid, untuk membangun kecerdasan spiritualnya.

6. Puasa dengan nyaman

a. Beritahu anggota keluarga yang tak puasa (karena halangan syar'i)

b. Simpanlah makanan dan minuman dari pandangan anak-anak.

c. Jelaskan pada guru bahwa anak kita sedang latihan puasa.

d. Siapkan bank cerita dan permainan untuk antisipasi rengekan anak yang ingin membatalkan puasa.

e. Buat jadwal imsakiyah yang khusus dan menarik anak.

7. Siapkan hadiah

a. Hadiahkan termurah adalah dekapan, ciuman, membacakan buku cerita, menyiapkan termurah adalah dekapan, ciuman, membacakan buku cerita, menyisipkan menu berbuka yang diminta anak.

b. Jika perlu sisipkan hadiah perhari. Tiap kali anak-anak menyelesaikan puasanya, bagikan hadiah ketika berbuka.

8. Luangkan Waktu

a. Usahakan pulang kantor sebelum Maghrib

b. Sungguh-sungguh dalam menikmati berbuka puasa bersama. Jangan sampai pikiran melayang ke pekerjaan.

c. Ajak teman kerja atu kerabat yang dikenal anak untuk berbuka di rumah. Hal ini akan meyakinkan anak bahwa semua orang berpuasa.

9. Kondisikan Teman

a. Kumpulkan data siapa saja teman-teman anak kita yang berpuasa dan yang tidak

b. Rancang acara bersama anak-anak yang berpuasa, misalnya berbuka bersama.

c. Jelaskan kondisi anak kita pada temannya yang tidak berpuasa. Lebih baik, dorong anak kita untuk menjelaskan langsung bahwa ia puasa.

10. Tawakal pada Allah

a. Serahkan urusan ini pada Allah, setelah kita melakukan persiapan.

b. Jalin kekompakan antar anggota keluarga. Biasanya, ada saja anggota keluarga yang tak tega, tak setuju dan lainnya.

c. Perbanyak doa pada Allah U, karena doa adalah senjata utama.

Sabili No. 7 TH. XII 20 Oktober 2005 / 16 Ramadhan 1426 H

About this blog

Blog ini hanyalah sekedar coretan bolpenku. Pikiran yang bergelayut di dalam benak yang coba kutuangkan ke dalam tulisan. Ringkasan atau materi menarik yang kudapatkan dan kutulis ulang atau apapun yang menarik hatiku tuk sekedar menuliskannya.